Industri Kayu Lapis Indonesia: Tantangan Bahan Baku dan Arah Pasar Global 2025

Industri Kayu Lapis Indonesia: Tantangan Bahan Baku dan Arah Pasar Global 2025

Oleh: Redaksi APKINDO News

Jakarta, Januari 2025 — Industri kayu lapis Indonesia tengah menghadapi dinamika besar di tengah gejolak pasar global, krisis bahan baku dalam negeri, dan tekanan kebijakan perdagangan internasional. Meski demikian, peluang tetap terbuka di sejumlah pasar tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Selatan, yang menjadi penopang utama kinerja ekspor sepanjang 2024 hingga awal 2025.

Krisis Bahan Baku dan Produksi yang Menurun

Data dari Unit Pengkajian APKINDO menunjukkan bahwa produksi kayu bulat Indonesia pada 2024 mengalami penurunan tajam dibandingkan 2023. Pasokan dari PBPH Hutan Alam dan HTI menyusut, sementara harga bahan baku utama seperti sengon melonjak akibat minimnya suplai dan musim panen kopi yang memperlambat penebangan. Hal ini berdampak langsung pada industri primer seperti plywood, LVL, veneer, dan serbuk kayu yang mengalami penurunan kapasitas produksi.

Produksi plywood nasional tahun 2024 turun sekitar 33%, mengindikasikan tekanan signifikan pada pasokan bahan baku dan efisiensi industri. Industri kayu lapis kini dituntut mencari alternatif bahan baku berkelanjutan dan memperkuat rantai pasok domestik.

Peta Ekspor: Pasar Amerika Utara Masih Tangguh

Ekspor kayu lapis Indonesia ke Amerika Serikat tetap kuat. Volume ekspor Januari–November 2024 naik 8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pasar AS diuntungkan oleh bangkitnya industri konstruksi dan kendaraan rekreasi (RV). Sementara Kanada dan Meksiko menunjukkan pertumbuhan terbatas, dengan Kanada cenderung stabil dan Meksiko mengalami sedikit penurunan akibat fluktuasi nilai tukar dan melemahnya permintaan sektor properti.

Pasar Eropa dan Inggris: Tertekan Perlambatan Ekonomi

Di Eropa, ekspor panel kayu Indonesia mengalami koreksi. Volume ekspor ke Uni Eropa (UE) sepanjang Januari–November 2024 turun 1,08%, sementara nilainya turun 4,15%. Harga rata-rata per m3 juga mengalami koreksi dari USD 692 pada Oktober ke USD 603 pada November.

Inggris Raya mengalami tekanan lebih berat. Ekspor panel kayu Indonesia ke UK turun 13,26% secara volume dan 14,69% secara nilai. Penurunan ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi pasca-pergantian pemerintahan, pelemahan mata uang GBP, serta stagnasi pasar perumahan dan konstruksi.

Timur Tengah dan Afrika: Berharap Pemulihan Pasca-Q1

Kawasan Timur Tengah masih dibayangi ketidakpastian. Perang di kawasan dan perlambatan ekonomi menyebabkan para pembeli bersikap wait and see. Namun, ekspor plywood Indonesia justru meningkat tajam 32,6% pada November 2024 dibanding Oktober, meskipun nilainya turun 13,7%.

Arab Saudi menjadi tujuan utama, menyerap 65,19% dari total ekspor kawasan ini. Pelaku pasar memprediksi permintaan akan pulih setelah kuartal pertama 2025.

Asia Timur dan Selatan: Jepang Stabil, India Menanti Sertifikasi

Jepang masih menjadi pasar strategis bagi plywood Indonesia. Meskipun ada tekanan dari pesaing seperti Vietnam dan Tiongkok, Indonesia tetap unggul untuk produk tertentu. Stabilitas yen dan meningkatnya permintaan pasca-pandemi turut mendukung pasar ini.

India menjadi pasar menjanjikan, namun ekspor terganjal oleh belum jelasnya penyelesaian proses sertifikasi BIS (Bureau of Indian Standards). Sejumlah pabrik Indonesia yang telah diaudit belum memperoleh kejelasan status legalitas ekspor mereka ke India. Hal ini menyebabkan peluang pasar yang besar belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Taiwan dan Korea mencatatkan permintaan stabil namun belum menunjukkan pertumbuhan signifikan.

Pasar Domestik: Stabil tapi Butuh Stimulus

Permintaan dalam negeri tetap stabil, terutama dari sektor konstruksi dan infrastruktur. Namun, tekanan harga bahan baku dan menurunnya kapasitas produksi membuat produsen lebih fokus pada pasar ekspor yang memberikan margin lebih baik. Stimulus pemerintah untuk pembangunan daerah dan perumahan rakyat diharapkan dapat meningkatkan serapan domestik.

Strategi dan Rekomendasi ke Depan

Menghadapi persaingan global yang semakin ketat dan kondisi produksi dalam negeri yang masih tertekan, pelaku industri kayu lapis Indonesia perlu mengembangkan langkah strategis yang lebih progresif. Salah satunya dengan memperkuat rantai pasok bahan baku melalui pengembangan hutan tanaman industri (HTI) dan peningkatan kemitraan dengan hutan rakyat, agar ketergantungan terhadap sumber bahan baku tertentu dapat ditekan.

Diversifikasi pasar juga menjadi kunci penting. Kawasan Asia Selatan, Afrika Utara, dan Eropa Timur dinilai memiliki potensi besar untuk dijajaki sebagai tujuan ekspor alternatif. Selain itu, efisiensi produksi harus terus ditingkatkan, baik melalui pemanfaatan teknologi rendah emisi maupun sistem produksi yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Tak kalah penting, industri perlu semakin taat terhadap regulasi perdagangan internasional seperti EUDR dan standar sertifikasi negara tujuan ekspor. Peningkatan kapasitas dan kesadaran pelaku usaha dalam mematuhi standar-standar ini akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

Penutup

Dengan kompleksitas tantangan dan peluang yang ada, industri kayu lapis Indonesia berada di titik penting untuk bertransformasi. Di satu sisi, tekanan bahan baku dan ketatnya pasar ekspor menuntut efisiensi dan inovasi. Di sisi lain, peluang pasar global tetap terbuka lebar bagi produk kayu Indonesia yang berkualitas.

Kunci keberhasilan ke depan terletak pada kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan asosiasi dalam menyusun strategi bersama. Jika langkah-langkah perbaikan dilakukan secara konsisten dan tepat sasaran, industri kayu lapis Indonesia tidak hanya akan mampu bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi kekuatan penting dalam perdagangan kayu dunia yang berkelanjutan.